Perspektif Kebudayaan Terhadap Moderasi Beragama Refleksi Teo-Sosiologis Adat Balia Pada Suku Kaili
Penulis:
Dr. H. Sidik, M.Ag
Dr. Hairuddin Cikka, S.Kom.I., M.Pd.I
Penerbit : YPSIM Banten
Jumlah Halaman : 263
Ukuran Buku : 14.8 x 21 cm
Harga : Rp. 82.600
ISBN : (Dalam Proses)
Sinopsis Buku :
Moderasi beragama adalah cara pandang kita
dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan
mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik
ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme,
radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan
problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Moderasi beragama mengajarkan bagaimana cara
pandang kita dalam kehidupan beragama yang baik dan
benar, tidak ekstrem apalagi radikal. Moderasi beragama
pun memberitahu kita sebagai seorang muslim untuk
bertoleransi antar sesama umat beragama, tidak
diskriminasi antar ras, suku, agama, juga mengajarkan
bagaimana cara kita berpikir dinamis dan inovatif. Dalam
menghadapi kemajemukan dan keberagaman masyarakat,
senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak
terjadi bentrokan dan radikalisme, adalah melalui
pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu
ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi
segenap alam semesta. Islam Wasathiyah atau yang
berarti “Islam Tengah” adalah suatu yang menjadi
terwujudnya umat terbaik (khairu ummah). Allah
SWT menjadikan umat Islam pertengahan (wasath) dalam
segala urusan agama, seperti dalam hal kenabian, syariat
dan lainnya
.
Sejak awalnya agama dan kepercayaan masyarakat
Kaili dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme. Di
kalangan masyarakat Kaili kepercayaan balia, diyakini
sebagai kekuatan-kekuatan gaib dan gejala-gejala alam
yang luar biasa. Hal tersebut merupakan suatu siklus hidup yang selalu diadakan, bahkan ada anggapan masyarakat
bahwa upacara itu seolah-olah merupakan keharusan yang
tidak boleh ditinggalkan. Upacara Balia merupakan
kepercayaan kepada adat yang dilakukan Orang Kaili
secara turun temurun dipelihara dan ditati bersama.
Upacara Balia bagi Orang Kaili dianggap sebagai pranata
budaya dan perilaku yang mempola dalam kehidupan
sosial masyarakat Kaili. Upacara Balia yang dianggap
sebagai pranata budaya masuk melalui proses internalisasi
dalam interaksi sosial kemasyarakatan. Dalam
pelaksanaannya terjadi pergulatan antara kaidah ajaran
Islam sebagai agama yang dianut oleh masyarakat Kaili
dengan kaidah lokal atau ragam budaya yang dianut oleh
masyarakat Kaili. Upacara Balia yang merupakan tradisi
Orang Kaili pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama. Faktor tersebut antara lain yakni faktor
agama, faktor ekonomi, faktor budaya dan faktor sosial.
Dan faktor utama yang mempengaruhi dilaksanakannya
upacara balia bagi Orang Kaili adalah faktor budaya,
selanjutnya faktor sosial, faktor agama, dan faktor
ekonomi.
Pemesanan/Pembelian :
083111221516
Ulasan
Belum ada ulasan.